Rabu, 27 Oktober 2010

Produktivitas Oksigen yang Dihasilkan Oleh Tumbuhan


 Produktivitas Oksigen yang Dihasilkan Oleh Tumbuhan
Kota merupakan salah satu bagian paling penting dalam kehidupan manusia, mengingat kota sebagai pusat berbagai aktivitas. Kota menjadi pusat pemerintahan, industri, bisnis, perdagangan, sekolah, permukiman dan lain sebagainya. Oleh karena itu, lingkungan kota harus memiliki kualitas yang baik, agar daya dukungnya tinggi sehingga mampu menunjang berbagai aktivitas tersebut.
Permasalahan lingkungan kini melanda perkotaan dan masyarakat kota. Pencemaran udara, timbulnya efek rumah kaca, makin panasnya udara kota, banjir, kekeringan dan lain-lain membuat kota makin tidak nyaman bagi penghuninya. Hal ini sangat ironis dimana kota sangat diandalkan sebagai lahan subur dalam meraup penghasilan, baik bagi masyarakat asli maupun para pendatang.
Peningkatan penghuni kota, peningkatan industri dan aktifitas lainnya, seperti peningkatan pemakaian kendaraan bermotor telah memicu pencemaran udara dan air tanah di perkotaan. Udara kota yang tercemar oleh berbagai polusi menyebabkan ketidak nyamanan dalam beraktifitas dan berusaha. Demikian pula dengan pencemaran air tanah, sehingga tidak layak untuk dikonsumsi.
Semburan asap kendaraan bermotor di sejumlah kota besar menyumbang berton-ton polutan berupa debu, timbal (Pb), nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), dan lainnya ke atmosfer, yang siap dihirup hidung siapa pun. Dampaknya tak main-main. Memicu penyakit saluran pernapasan, jantung, mata, darah tinggi, hingga menimbulkan kematian. Bahkan, tak mustahil dapat melahirkan fenomena hujan asam yang merusak alam.
Idealnya, udara bersih dan layak irup terdiri atas N2 (78%), O2 (21%), H2, dan unsur lain (0,1%). Namun kenyataannya, udara kita dipenuhi partikulat dan senyawa beracun yang sangat berbahaya. Pada pertengahan tahun 2005, Bappedaldasu menginformasikan tingginya kandungan zat-zat pencemar di beberapa ruas jalan di Kota Medan.
Di antara debu (TSP/Total Suspended Particulate), CO, sulfur dioksida (SO2), NOx, dan ozon (O3), debu merupakan polutan paling berbahaya. Untuk ukuran di atas 50 mikron, ia masih kasat mata, tersaring oleh bulu hidung. Tapi debu di bawah 10 mikron tak terlihat mata. Bahkan, ia bisa langsung menyusup ke paru-paru, mengganggu sistem pernapasan.
Kota-kota yang hanya maju secara ekonomi, namun tidak memperhatikan aspek ekologi, harus dibayar mahal. Untuk merasakan dan menikmati udara yang sejuk dan nyaman, maka rumah dan kantor mesti dipasang AC, padahal penggunaan AC akan menyebabkan udara di luar akan semakin panas dan tentu meningkatkan penggunaan listrik yang semakin terbatas. Untuk mengatasi kekurangan air, karena air tanah sudah tercemar limbah, maka air harus didatangkan dari luar daerah. Untuk mengatasi pencemaran air harus dipasang pengolah air limbah. Selanjutnya, agar dapat menikmati kesegaran dan kesejukan lingkungan alam, maka harus pergi ke luar kota. Tentu itu semua harus dibayar yang tidak mungkin dinikmati oleh orang-orang yang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja sudah susah.
Pembangunan kota yang kurang memperhatikan aspek ekologis menjadikan kota menjadi penuh oleh polusi, kotor dan sakit atau gheto. Kota yang demikian dijuluki sebagai miserapolis atau cacopolis. Konon, menurut Dahlan (2004), pindahnya ibukota negara India ke New Delhi, karena kota Delhi (lama) telah tidak layak lagi dijadikan ibukota negara.
Pada kota yang sakit, misalnya kota yang tercemar timbal (Pb) yang dihasilkan dari kendaran bermotor dengan BBM bertimbal, akan mengancam pertumbuhan anak-anak mengingat anak-anak merupakan kelompok yang rentan terkena pencemaran timbal dalam darah. Timbal dihasilkan dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar bertimbal. Bermacam hambatan pertumbuhan mengancam mereka yang memiliki kandungan timbal dalam darah yang di atas batas normal. Hal tersebut akan memicu anemia, gangguan pertumbuhan fisik, menurunkan tingkat kecerdasan, hingga tidak mampu mendengar pada frekuensi-frekuensi tertentu. Tentu hal ini akan sangat mengganggu proses menimba ilmu pengetahuan dan teknologi. Apa yang bisa diharapkan dari mereka, jika mereka sakit dan loyo?
Kandungan timbal dalam darah sedikit banyak mempengaruhi kesuburan wanita dewasa. Pada ibu yang mengandung, timbal yang terserap dan ditimbun dalam tulang diremobilisasi dan masuk peredaran darah. Lalu, mengalir ke janin dan menghambat perkembangan otak dan intelengensia janin.
Pada kota yang tercemar timbal, juga sangat berpengaruh pada pelaku ekonomi. Masyarakat menjadi tidak sabaran, mudah emosi dan brutal, sehingga tidak produktif. Pejabat pemerintah pun demikian. Mereka kurang dapat mengambil keputusan dengan baik. Padahal keputusan mereka, golongan yudikatif, eksekutif dan legislatif sangat menentukan tegak dan runtuhnya negara. Oleh sebab itu, nilai kualitas lingkungan kota akan sangat menentukan kuatnya negara dan masa depan bangsa. Bukankah ini merupakan biaya ekonomi yang amat sangat mahal harganya, jika kerusakan lingkungan kota dibiarkan terjadi.
Gas CO yang dihasilkan dari pembakaran mesin yang tidak sempurna merupakan racun bagi manusia dan memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif. Gas CO yang gentayangan di udara bebas bila terhirup akan mengikat haemoglobine darah. Hal ini akan menyebabkan pasokan O2 dalam darah minus. CO dalam darah (COHb) menimbulkan beragam gangguan, tergantung kadarnya. Gas ini bisa menaikkan aliran darah (sehingga emosi pun terpicu). Kadar COHb 10-20% menimbulkan sakit kepala, gangguan napas, bahkan kematian janin. Pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi, ia membuat pelipis berdenyut dan muntah-muntah; lebih gawat lagi penderita merasa lemah, atau sakit kepala dan pingsan, bahkan collaps, koma. CoHb kadar amat tinggi menyebabkan depresi pernapasan jantung. Yang paling fatal kalau kadarnya 70- 80%.
Itu baru akibat tercemar Pb dan CO. Padahal sangat banyak unsur polutan yang mencemari kota dan jika tidak ditangani dengan baik, maka jumlah dan konsentrasinya akan semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Sehingga, hal ini akan mengancam produktivitas manusia dan pada akhirnya akan menjadi ancaman serius bagi hidup dan kehidupan manusia.
Manusia modern abad ini, secara sadar atau pun tidak telah menjauh-sisihkan hutan. Pembabatan hutan secara serampangan, baik tebangan legal mapun haram (illegal) telah menyebabkan laju kerusakan hutan dari tahun ketahun terus meningkat. Jika sebelum tahun 2000, laju kerusakan hutan Indonesia berkisar antara 1,6-2,0 juta ha/tahun, namun saat ini laju kerusakannya mencapai 2,8 juta ha/tahun. Kerusakan tersebut awal bencana yang datang silih berganti, seperti banjir bandang waktu penghujan dan kekeringan di musim kemarau serta berbagai bencana lainnya dengan memakan korban.
Sebagian manusia telah lupa bahwa hutan yang selama ini dibutuhkan dalam hidup dan kehidupannya, kini ditinggalkan bahkan dirusak. Lahan berhutan dibabat habis dan dibuka dijadikan kawasan permukiman dan areal terbangun lainnya. Kemajuan kebudayaan manusia telah menjadikan lingkungan hidupnya yang semula berhutan kini menjadi hutan besi dan beton. Kota yang semula nyaman untuk dihuni karena sejuk, asri, tenang dan bersih terbebas dari polusi akhir-nya berubah menjadi kota yang panas, tercemar dan gersang. Beberapa gejala mundurnya kualitas lingkungan kota antara lain: penurunan air tanah, banjir, penurunan permukaan tanah, abrasi pantai, intrusi air laut, meningkatnya kebisingan serta pencemaran udara, tanah dan air.
Oleh karena itu, penataan lingkungan perkotaan harus segera dilakukan untuk meminimalkan gangguan dan ancaman akibat kerusakan lingkungan kota dan secara sekaligus untuk menunjang produktivits kerja. Salah satu program untuk meningkatkan mutu lingkungan yang akan berdampak pada kualitas hidup adalah pengembangan hutan kota atau kadangkala disebut penghijauan kota.
Hutan kota
Sejarah pengembangan penghijauan berawal sejak pemerintahan kolonial Belanda. Di beberapa kota besar di Pulau Jawa seperti Bandung, Jakarta, Bogor, Solo, Yogyakarta, Magelang, Malang dan Surabaya masih dapat dilihat sisa-sisa penghijauan yang dilakukan. Jalan raya, pusat perkantoran, tempat umum telah ditanami pohon penghijauan seperti beringin, flamboyan, trembesi, asem, palem raja ataupun mahoni.
Kawasan penghijauan merupakan kawasan yang ditumbuhi oleh tanaman baik berupa pohon, semak maupun perdu yang terdapat di dalam maupun pinggiran kota untuk menyangga dampak lingkungan akibat aktivitas di daerah perkotaan. Hutan kota tidak mutlak merupakan daerah yang kompak dengan luas yang besar, tetapi termasuk juga daerah yang terpisah pisah. Oleh karena itu bentuk hutan kota sangat fleksibel tergantung kebutuhan dan aktivitas masyarakat di daerah tersebut. Bentuk-bentuk hutan kota dapat berupa boulevar, pohon peneduh pinggir jalan, taman kota. Tanaman dipinggiran sungai yang melintasi kota, tanaman di kawasan pabrik, taman di tengah jalan dan lain sebagainya.
Hutan Kota dapat menyerap dan menjerap kontaminan udara, mereduksi kebisingan, menyejukkan suhu udara kota, meningkatkan air tanah, menyerap gas CO2 dan menghasilkan oksigen serta berbagai manfaat ekonomi, ekologi dan sosial lainnya, maka kota khususnya kota-kota besar sangat perlu untuk dilengkapi dengan  Hutan Kota yang cukup luas. Program pembangunan dan pengembangan Hutan Kota diperlukan karena alasan.
1.  Hutan Kota memiliki biomassa lebih banyak daripada taman, sehingga dapat menjerap dan menyerap polutan lebih banyak. Hasil penelitian Puslitbang PU membuktikan adanya korelasi yang erat antara volume kerimbunan daun dan jarak tanam pepohonan dengan penurunan NOx.
2.  Hutan dapat menyerap CO2 dan menghasilkan oksigen lebih banyak.
3.  Hutan dengan dedaunannya yang lebat dan pohonnya yang tinggi dapat mengurangi kebisingan lebih baik.
4.  Hutan dapat digunakan sebagai penahan angin (wind break). Angin yang sangat kencang dapat membahayakan bagi manusia dan lingkungannya. Dengan adanya pepohonan maka angin dapat diatur dengan cara dihalangi, dibelokkan, disalurkan dan disaring.
5.  Hutan dapat mengurangi bahaya hujan asam.
6.  Mikro-organisme yang terdapat pada humus di lantai hutan dapat  menyerap gas CO (karbon-monoksida).
7.  Hutan dapat mencegah aliran udara yang berbau dan menggantinya dengan udara yang lebih bersih dan harum, jika tanaman yang ditanam adalah jenis yang bunganya berbau harum seperti: Cempaka, Kenanga dan Tanjung.
8.  Hutan kota dapat dimanfaatkan sebagai asset untuk perdagangan karbon (carbon trade) mengingat kemampuannya dalam menyerap dan mengakumulasikan karbon dalam biomassanya.
Hutan kota dengan tajuk pohonnya menciptakan suasana yang sejuk pada lingkungan perkotaan di siang hari, karena dapat menahan radiasi matahari dan menyerap radiasi balik dari jalan aspal, gedung-gedung, jembatan layang, papan reklame dan lainnya. Saya sangat yakin, bahwa kita bisa merasakan itu semua. Saat siang hari dengan matahari penuh, kondisi udara di bawah pohon yang rindang sangat nyaman. Udara dibawah pohon tersebut akan terasa lebih teduh, sejuk dan lembab. Lebih teduh karena intensitas cahaya matahari langsung sebagian besar tidak dapat menembus kanopi pohon tersebut. Lebih sejuk karena berkurangnya masukan energi cahaya untuk memanaskan udara dan permukaan di bawah kanopi.
Dengan kehadiran pepohonan di sekitar lingkungan tempat tinggal kita, pada malam hari udara tidak terlalu dingin karena pepohonan berperan sebagai penahan panas, sehingga udara dibawah tajuknya akan lebih hangat dibandingkan suhu udara di atas permukan terbuka (tanpa tanaman). Tajuk tanaman akan menyerap sebagian energi yang dipancarkan oleh permukaan tanah; sedangkan jika tanpa pepohonan radiasi yang dipancarkan dari permukaan tanah tersebut, akan langsung hilang ke lapisan atmosfer yang lebih tinggi. Dengan demikian, pada daerah yang duteduhi pepehonan, fluktusi udara antara siang dan malam hari sangat kecil atau mendekati stabil, sehingga nyaman bagi manusia.
Selain berbagai kenyataaan yang kita rasakan tersebut, berbagai hasil penelitian juga melaporkan bahwa suhu udara pada lokasi dengan jalur hijau lebih rendah dari pada di lokasi tanpa jalur hijau, mengingat pada daerah yang ditumbuhi pepohonan, sinar matahari tidak secara langsung mencapai permukaan tanah karena terhalang tajuk pohon. Sinar matahari yang jatuh pada tajuk tanaman ada yang diteruskan, dipantulkan dan diserap oleh tanaman. Untuk sinar matahari yang diteruskan oleh daun ke permukaan tanah, berkurang energinya sehingga udara pada permukaan tanah lebih rendah.
Fungsi Penurunan Zat Polutan
Hasil penelitian Dahlan (1989), Fakuara dkk (1990) menunjukkan bahwa pohon damar (Agathis alba), mahoni (Swietenia macrophylla), jamuju (Podocarpus imbricatus) dan pala (Mirystica fragrans), asam landi (Pithecelobium dulce), johar (Cassia siamea) mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menurunkan kandungan timbal dari udara. Untuk beberapa tanaman glodogan (Polyalthea longifolia), keben (Baringtonia asiatica) dan tanjung (Mimusops elengi), walaupun kemampuan serapannya terhadap timbal rendah namun tanaman tersebut tidak peka terhadap pencemaran udara. Namun tanaman daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan kesumba (Bixa orellana) mempunyai kemampuan yang sangat rendah dan sangat tidak tahan terhadap pencemaran yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor.
Selanjutnya hasil penlitian Irawati (1991) memperlihatkan bahwa pohon mahoni, bisbul, tanjung, kenari, meranti merah, kere payung dan payung hitam memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pencemaran debu semen serta kemampuan yang tinggi dalam menjerap (adsorpsi) dan menyerap (absorpsi) debu semen. Namun pohon-pohon duwet, medang lilin dan sempur kurang baik digunakan sebagai tanman untuk penghijauan di kawasan industri pabrik semen. Ketiga jenis tanaman ini selain agak peka terhadap debu semen, juga memiliki kemampuan yang rendah dalam menjerap dan menyerap partikel semen.
Bidwell dan Fraser mengemukakan, kacang merah (Phaseolus vulgaris) dapat menyerap gas ini karbon monoksida sebesar 12 – 120 kg/km2/hari. Mikroorganisme serta tanah pada lantai hutan memiliki peranan yang baik dalam menyerap gas karbonmonoksida (Bennet dan Hill, 1973). Inman dkk mengemukakan, tanah dengan mikroorganismrnya dapat menyerap gas karbonmonoksida dari udara yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 mg/m3)  menjadi hampir mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.
Widyastama (1991) mengemukakan, tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 dan penghasil oksigen adalah: damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan beringin (Ficus benyamina).
Strategi Pembagunan Hutan Kota
Strategi umum dalam pembangunan hutan kota adalah dengan memperhatikan tujuan pemulihan lingkungan dan zat-zat polutan, baik yang aktual saat ini ada atau yang diperkirakan akan muncul dan mencemari lingkungan kota di masa mendatang. Lalu, kemudian dipilih jenis-jenis pepohonan yang mampu mereduksi zat-zat polutan tersebut sampai pada ambang batas yang aman. Agar diperoleh fungsi pengelolaan lingkungan yang maksimal, dalam pembangunan hutan kota secara ringkas harus memperhatikan:
1.      Tanaman harus dapat tumbuh dengan baik. Hal ini dapat diperoleh jika jenis tanaman yang dipilih sesuai dengan kondisi iklim dan tanah setempat.
2.      Tanaman yang dipilih harus sesuai dengan issu lingkungan yang telah muncul atau yang diperkirakan akan muncul di masa yang akan datang.
3.      Tanaman harus dapat dipadu-padankan dengan elemen keras: gedung, jembatan, menara, patung atau elemen keras lainnya agar diperoleh komposisi yang indah dan menawan.  Oleh karena itu, perlu tata kota yang baik dan konsisten dilaksanakan.

kontribusi saya terhadap lingkungan


TUGAS 2 ILMU LINGKUNGAN
KONTRIBUSI UNTUK LINGKUNGAN HIDUP


Politeknik Negeri Bandung


v  NAMA: Dikara Derandia D(101511004)
KELAS: 1A D3 INFORMATIKA




JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DAN INFORMATIKA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2010

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................1 
BAB I ............................................................................................................................................2 
PENDAHULUAN ...........................................................................................................................2 
TUJUAN .......................................................................................................................................3
BAB II ...........................................................................................................................................4 
ISI ................................................................................................................................................4 
BAB III ........................................................................................................................................14
PENUTUP ...................................................................................................................................14 
KESIMPULAN .............................................................................................................................14 
SARAN ………...............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................15 












BAB I
PENDAHULUAN
Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi.
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Lingkungan terdiri dari komponen abiotik dan biotik. Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Sedangkan komponen biotik adalah segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme (virus dan bakteri).

Kita sebagai khalifah di muka bumi ini tidak bisa dipisahkan dari lingkungan. Baik lingkungan alam maupun lingkungan social. Seperti seperti saat bernafas, dengan bernafas kita dapat menghirup segarnya udara di taman. Lingkungan merupakan hal yang sangat vital bagi semua mahluk Tuhan di muka bumi ini.  
Tetapi sangat disayangkan masih banyak oknum atau manusia yang pantas kita sebut ‘bedebah’, perilaku merekalah yang dapat merubah lingkungan kita menjadi rusak sangat fatal.Kerusakan lingkungan juga memiliki factor lain selain tangan usil para ’bedebah’, kerusakan lingkungan dapat menjadi dampak dari bencana alam yang melanda. Seperti yang kita ketahui yaitu Tsunami yang terjadi di Acehdi penghujung tahun 2004, gempa yang melanda tasik, dan juga bencana lainnya.



1.1TUJUAN                                                             
Pembuatan makalah ini sebenarnya hanya untuk menyadari penulis sendiri dan juga pembacanya, akan keadaan krisis lingkungan yang kita hadapi sekarang. Kerusakan lingkungan yang kita semua hadapi bukan hal sepele, sekarang menentukan masa depan. Lebih baik kita semua  ber- Environmentalism atau berkontribusi terhadap lingkungan untuk memelihara lingkungan dan melestarikan lingkungan hidup.


BAB II
ISI

2.1 LINGKUNGAN HIDUP
Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi.
Lingkungan hidup, sering disebut sebagai lingkungan, adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.
Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan abiotik dan biotik
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2. Unsur Abiotik
Abiotik (bahasa Inggris: Abiotic) adalah salah satu komponen atau faktor dalam lingkungan. Komponen abiotik adalah segala sesuatu yang tidak bernyawa seperti tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi. Pengertian komponen abiotik yang tepat adalah komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk tak hidup, komponen lingkungan yang terdiri atas manusia dan tumbuhan, serta komponen lingkungan yang terdiri atas makhluk hidup dan mkhluk tak hidup
Abiotik merupakan lawan kata dari biotik. Komponen abiotik adalah komponen-komponen yang tidak hidup atau benda mati. Yang termasuk komponen abiotik adalah tanah, batu dan iklim, hujan, suhu, kelembaban, angin, serta matahari.
Komponen abiotik dapat kita temui dimana saja. Komponen abiotik sama seperti komponen biotik, dimana juga berfungsi bagi kehidupan manusia.

2.2 KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
Berdasarkan faktor penyebabnya, bentuk kerusakan lingkungan hidup dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
2.2.1 Bentuk Kerusakan Lingkungan Hidup Akibat Peristiwa Alam
Berbagai bentuk bencana alam yang akhir-akhir ini banyak melanda Indonesia telah menimbulkan dampak rusaknya lingkungan hidup. Dahsyatnya gelombang tsunami yang memporak-porandakan bumi Serambi Mekah dan Nias, serta gempa 5 skala Ritcher yang meratakan kawasan DIY dan sekitarnya, merupakan contoh fenomena alam yang dalam sekejap mampu merubah bentuk muka bumi. Peristiwa alam lainnya yang berdampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Letusan gunung berapi
Letusan gunung berapi terjadi karena aktivitas magma di perut bumi yang menimbulkan tekanan kuat keluar melalui puncak gunung berapi.
Bahaya yang ditimbulkan oleh letusan gunung berapi antara
lain berupa:
1) Hujan abu vulkanik, menyebabkan gangguan pernafasan.
2) Lava panas, merusak, dan mematikan apa pun yang dilalui.
3) Awan panas, dapat mematikan makhluk hidup yang dilalui.
4) Gas yang mengandung racun.
5) Material padat (batuan, kerikil, pasir), dapat menimpa perumahan, dan lain-lain.
b. Gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran kulit bumi yang bisa disebabkan karena beberapa hal, di antaranya kegiatan magma (aktivitas gunung berapi), terjadinya tanah turun, maupun karena gerakan lempeng di dasar samudra. Manusia dapat mengukur berapa intensitas gempa, namun manusia sama sekali tidak dapat memprediksikan kapan terjadinya gempa.
Oleh karena itu, bahaya yang ditimbulkan oleh gempa lebih dahsyat dibandingkan dengan letusan gunung berapi. Pada saat gempa berlangsung terjadi beberapa peristiwa sebagai akibat langsung maupun tidak langsung, di antaranya:
1) Berbagai bangunan roboh.
2) Tanah di permukaan bumi merekah, jalan menjadi putus.
3) Tanah longsor akibat guncangan.
4) Terjadi banjir, akibat rusaknya tanggul.
5) Gempa yang terjadi di dasar laut dapat menyebabkan tsunami (gelombang pasang).
c. Angin topan
Angin topan terjadi akibat aliran udara dari kawasan yang bertekanan tinggi menuju ke kawasan bertekanan rendah.
Perbedaan tekanan udara ini terjadi karena perbedaan suhu udara yang mencolok. Serangan angin topan bagi negara-negara di kawasan Samudra Pasifik dan Atlantik merupakan hal yang biasa terjadi. Bagi wilayah-wilayah di kawasan California, Texas, sampai di kawasan Asia seperti Korea dan Taiwan, bahaya angin topan merupakan bencana musiman. Tetapi bagi Indonesia baru dirasakan di pertengahan tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan iklim di Indonesia yang tak lain disebabkan oleh adanya gejala pemanasan global.
Bahaya angin topan bisa diprediksi melalui foto satelit yang menggambarkan keadaan atmosfer bumi, termasuk gambar terbentuknya angin topan, arah, dan kecepatannya. Serangan angin topan (puting beliung) dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dalam bentuk:
1) Merobohkan bangunan.
2) Rusaknya areal pertanian dan perkebunan.
3) Membahayakan penerbangan.
4) Menimbulkan ombak besar yang dapat menenggelamkan kapal.

2.2.2 Kerusakan Lingkungan Hidup karena Faktor Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Beberapa kegiatan kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
d. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
e. Perburuan liar.
f. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
g. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
h. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
i. Pembuangan sampah rumah tangga di aliran sungai.
j.  Pembuangan sampah anorganik yang tidak sesuai aturan.





2.3.1 KONTRIBUSI MEMELIHARA LINGKUNGAN
Kondisi lingkungan yang semakin parah, bencana alam merajalela dimana-mana, dan maraknya pemanasan global,merupakan contoh sedikit dampak dari rusaknya lingkugan kita tercinta. Apakah kita hanya terdiam melihat semua orang bekoar-koar sibuk membicarakan kerusakan alam dan pemanasan global atau biasa kita sebut “GLOBAL WARMING“?. Satu jalan yaitu berkontribusi dengan memelihara lingkungan sekitar kita. Hal yang besar dimulai dari hal yang kecil, kita mulai kontribusi kita dari lingkungan sekitar kita, kamar, rumah, jalanan dsb.mari kita pelihara lingkungan kita. Beberapa cara sederhana agar kita terus berkontribusi terhadap lingkungan kita.
1. Mengurangi pemakaian AC
Ac merupakan salah satu pencemaran lingkungan terhadap udara. Ac memproduksi salah satu gas berbahaya bagi lingkungan kita yaitu gas Freon.
2.Mengurangi pemakaian parfum secara berlebih
Segala sesuau yang berlebih dapat menjadi boomerang bagi kita. Pemakaian parfum secara berlebihan dapat pula merusak/menvemar udara sekitarnya. Berbagai kandungan zat bebahaya tedapat dalam parfum.
3. Mengurangi segala penghamburan
Penghamburan disini mengandung berbagai macam penghamburan seperti penghamburan listrik, air,Tusuk gigi dsb
a. Penghamburan Listrik
Apabila diwaktu pagi atau siang alangkah baiknya kita mematikan lampu karna cuaca terang dan juga bisa menghemat listrik dan bisa membantu mengurangi dampak global warming .
b. Penghamburan Air
Air merupakan salah satu kebutuhan mahluk hidup yang bernilai vital. Tanpa air kita sebagai mahluk hidup pun  pasti akan punah. Air memegang peranan penting akan daur mahluk hidup dimuka bumi ini. Sekarang sudah mulai sulit menemukan air berkwalitas baik.
c. Penghamburan Tusuk gigi
Tanpa disadari tusuk gigi,merupakan bagian dari mahluk hidup di muka bumi ini yang memegang peranan penting. Yaitu Pohon. Semakin banyak kita menggunakan tusuk gigi semakin banyak pula kita menebang pohon hanya untuk membersihkan gigi kita.

2.3.2 KONTRIBUSI MELESTARIKAN LINGKUNGAN
Semua orang ingin manjalani hidup dengan tentram hingga keturunannya. Hidup tentram   Tak semudah membalikan telapak tangan,itu semua memerlukan perjuangan atau kontribusi yang besar. Lingkungan sehat menjadikan hidup tentram. Membentuk lingkungan yang sehat salah satunya yaitu dengan berkontribusi melestarkan lingkungan kita. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya lingkugan yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak. Sehingga keturunan anak cucu kita dapat menikmati lingkungan sehat, atau bumi yangmasih layak huni.

1.Memulai menanam tanaman
kita harus menanam tanaman yang hijau-hijauan seperti pepedangan walaupun harganya relatif murah tapi keuntungannya dapat menyerap kerbondioksida dari asap polusi kendaraan motor. Mengurangi pencemaran, merupakan kontribusi awal untuk melestarikan lingkungan.

2.Reboisasi
Kita harus melakukan reboisasi atau sekarang terkenal dengan cara ini kkita akan mendapatkan lingkungan yang indah dan asri lagi selain itu juga bisa menanggulangi bencana banjir,longsor dan tanah pun bisa menjadi subur lagi

3. Membuang sampah sesuai dengan jenisnya

Membuang sampah pada tempatnya denga cara memisahkan sampah organik dan sampah non organik.
           Sampah organik bisa bermanfaat bagi petani karena sampah organic bisa dibuat pupuk caranya kumpulkan dedaunan kering bij-bijian.,kulit-kulitan kemudian siram dengan sedikit air yang dicampur bahan kimia kemudian simpan ditempat yang tertutup.setelah seminggu dapat dipakai sebagai media pupukalami.

Sampah non organik bagi sebagian orang tidak bermanfaat tapi bagi orang yang mengerti dan rajin,sampah non organic seperti pelastik bekas detergen bisa dibuat menjadi tas belanja,Koran bekas didaur ulang menjadi kertas lagi dan bisa jadi berbagai bentuk benda seperti:bingkai foto,hiasan dinding,mani-manik,cindera mata dan lain sebagainya.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari penjelasan diatas kita dapat mengetahui apa pengertian lingkungan, kerusakannya, cara menanggulanginya.
Selain itu pun kita dapat mengetahui kontribusi-kontribusi kecil sampai kontribusi yang berpengarh besarbagi lingkungan kta, sehingga kita dapat memelihara dan mlstarikan lingungan kita.
3.2 SARAN
           
Melihat keadaan lingkungan sekarang yang sudah mulai berkurang kelestariannya. Kita harus berkontribusi besaruntuk menjadikan lingkungan kita lestari, dan layak huni. Dengan menjaga dan melestarikan lingkungan. Saya yakin lingkungan akan menjadi lingkungan yang kita impikan.
DAFTAR PUSTAKA